A. Kebudayaan di Papua
1. Budaya Tari-Tarian
Masyarakat
pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka
sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai
macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari
Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo). Tarian yang biasa
dibawakan oleh masyarakat pantai maupun masyarakat pegunungan pada
intinya dimainkan atau diperankan dalam berbagai kesmpatan yang sama
seperti: dalam penyambutan tamu terhormat, dalam penyambutan para turis
asing dan yang paling sering dimainkan adalah dalam upacara adat.
khususnya tarian panah biasanya dimainkan atau dibawakan oleh masyarakat
pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau yang biasa disebut dengan
barapen oleh masyarakat pantai. tarian ini dibawakan oleh para pemuda
yang gagah perkasa dan berani.
dengan
budaya tarian Yospan maupun budaya tarian Panah yang unik, kaya dan
indah tersebut para orangtua sejak dahulu berharap budaya yang telah
mereka wariskan kepada generasi berikut tidak luntur, tidak tenggelam
dan tidak terkubur oleh berbagai perkembangan zaman yang kian hari kian
bertambah maju. para pendahulu yaitu para orangtua berharap juga budaya
tarian-tarian yang telah mereka ciptakan dengan berbagai gelombang
kesulitan, kesusahan dan keresahan tidak secepat dilupakan oleh generasi
berikutnya. mereka juga berharap dengan tidak adanya budaya Papua yang
kaya tersebut semakin maju, semakin dikenal baik oleh orang dikalangan
dalam negeri sendiri maupun dikenal dikalangan luar negeri dan juga
semakin berkembang kearah yang lebih baik yang intinya dapat tetap
mengangkat derajat, martabat, dan harkat orang Papua.
2. Budaya Perkawinan
Perkawinan
merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. dengan
demikian masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah
pegunungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya
agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan
yang tidak diinginkan. dalam pertukaran perkawinan yang di tetapkan
orangtua dari pihak laki-laki berhak membayar mas kawin seebagai tanda
pembelian terhadap perempuan atau wanita tersebut. adapun untuk
masyarakat pantai berbagai macam mas kawin yang harus dibayar seperti:
membayar piring gantung atau piring belah, gelang, kain timur (khusus
untuk orang di daerah Selatan Papua) dan masih banyak lagi. berbeda
dengan permintaan yang diminta oleh masyarakat pegunungan diantaranya
seperti: kulit bia (sejenis uang yang telah beredar di masyarakat
pegunugan sejak beberapa abad lalu), babi peliharaan, dan lain
sebagainya. dalam pembayaran mas kawin akan terjadi kata sepakat apabila
orangtua dari pihak laki-laki memenuhi seluruh permintaan yang diminta
oleh orangtua daripada pihak perempuan.
3. Alat Musik Tradisional
Tifa
Salah satu alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur adalah Tifa. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul.
3. Alat Musik Tradisional
Tifa
Salah satu alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur adalah Tifa. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul.
Bahannya
terbuat dari sebatang kayu yang isinya dikosongkan dan pada salah satu
sisi ujungnya ditutup menggunakan kulit rusa yang telah dikeringkan
agar dapat menghasilkan suara yang bagus dan indah. Biasanya Tifa
diperindah dengan berbagai model ukiran sesuai dengan ciri khas setiap
suku di maluku dan papua.
Kapan Tifa dimainkan. Disamping sebagai pelengkap dari permainan istrumen musik tradisional, Tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. Tarian tersebut biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
Kapan Tifa dimainkan. Disamping sebagai pelengkap dari permainan istrumen musik tradisional, Tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. Tarian tersebut biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
Pakaian adat pria dan
wanita di Papua secara fisik mungkin anda akan berkesimpulan bahwa
pakaian tersebut hampir sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup
badan bagian bawah dengan model yang sama. Mereka juga sama-sama
memakai hiasan-hiasan yang sama, seperti hiasan kepala berupa burung
cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta
rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis di
sini merupakan ciptaan baru. Biasannya tak lupa dengan tombak/panah dan
perisai yang dipegang mempelai laki-laki menambah kesan adat Papua.
B.Makanan di Papua
Papeda adalah makanan berupa bubur sagu khas Maluku dan Papua yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang tawar. Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol dan cukup bernutrisi.
1. Sejarah
Di berbagai wilayah pesisir dan dataran rendah di Papua, sagu merupakan bahan dasar dalam berbagai makanan.
Sagu bakar, sagu lempeng, dan sagu bola, menjadi sajian yang paling
banyak dikenal di berbagai pelosok Papua, khususnya dalam tradisi
kuliner masyarakat adat di Kabupaten Mappi, Asmat, hingga Mimika. Papeda merupakan salah satu sajian khas sagu yang jarang ditemukan. Antropolog
sekaligus Ketua Lembaga Riset Papua, Johszua Robert Mansoben,
menyatakan bahwa papeda dikenal lebih luas dalam tradisi masyarakat adat
Sentani dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, serta Manokwari.
Pada umumnya, papeda dikonsumsi bersama dengan ikan tongkol.Namun, papeda dapat juga dikombinasikan dengan ikan gabus, kakap merah, bubara, hingga ikan kue.Selain kuah kuning dan ikan, bubur papeda juga dapat dinikmati dengan sayur ganemo yang diolah dari daun melinjo muda yang ditumis dengan bunga pepaya muda dan cabai merah.
3. Manfaat kesehatan
Dalam 100 gram sagu, terkandung energi sebesar 209 kkal, protein 0,3 gram, karbohidrat 51,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 13 miligram, dan zat besi 0,6 miligram.Selain itu di dalam Tepung Sagu juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram dan vitamin C 0 miligram.Berdasarkan kandungan-kandungan tersebut, sagu bermanfaat sebagai
sumber utama karbohidrat atau makanan pokok, mengatasi pengerasan pada
pembuluh darah, mengatasi sakit pada ulu hati, dan perut kembung.Selain itu, kandungan indeks glikemik yang rendah pada sagu membuatnya aman untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. Tingginya kadar serat dalam sagu berperan sebagai pre-biotik, menjaga mikroflora usus, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko terjadinya kanker usus, mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, mengurangi resiko kegemukan atau obesitas serta memperlancar buang air besar.Mengonsumsi Papeda secara rutin dipercaya mampu menghilangkan penyakit
batu ginjal karena sifat Papeda yang dapat berperan sebagai pembersih
organ-organ didalam tubuh
manusia.
Bagi yang sering merokok,dianjurkan juga mengkonsumsi makanan khas
Papua yang satu ini karena dapat secara perlahan membersihkan paru-paru.
C. Ciri Khas Papua
Honai adalah rumah khas Papua
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang.
Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang
bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya
dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan
tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai
terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai
dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur),
bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk
kandang ternak.Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan
lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada
lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai
satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar