"Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa kecemasan dan depresi bisa meningkatkan risiko GERD. Sementara studi lain menemukan bahwa efek negatif GERD pada kualitas hidup pengidapnya bisa meningkatkan kecemasan dan depresi. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang secara positif mengaitkan kecemasan dengan peningkatan asam lambung. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa anxiety tampaknya bisa meningkatkan gejala yang terkait dengan GERD."
Penyakit gastroesophageal reflux atau GERD adalah kondisi kronis di mana refluks asam lambung terjadi setidaknya lebih dari sekali dalam seminggu. Sementara kecemasan atau anxiety adalah respons alami tubuh terhadap stres. Meskipun GERD dan anxiety adalah dua kondisi yang berbeda, namun para peneliti percaya bahwa keduanya saling berkaitan. GERD yang dipicu oleh anxiety dikenal dengan GERD anxiety.
GERD terjadi ketika asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan (refluks asam) yang menyebabkan gejala seperti mulas, kesulitan menelan, atau rasa terbakar di tenggorokan. Bila hanya terjadi sesekali, refluks asam adalah kondisi yang umum. Namun, pada kasus GERD, refluks asam sering terjadi hingga bisa mengiritasi lapisannya dan terkadang menyebabkan peradangan.
GERD disebabkan karena sfingter esofagus bagian bawah tidak menutup dengan baik, sehingga asam lambung bisa naik kembali ke kerongkongan. Sfingter esofagus bagian bawah adalah cincin otot yang menutup perut dari kerongkongan saat kamu tidak makan.Gaya hidup tertentu juga bisa memperburuk refluks asam, termasuk kebiasaan makan yang buruk, seperti makan dalam porsi yang banyak, berbaring segera setelah makan, atau makan gorengan atau makanan berlemak. Stres yang berkaitan erat dengan kecemasan juga diketahui bisa memperburuk refluks asam.